PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT AL-QUR'AN DAN SAINS
1. Proses Tahapan Penciptaan Manusia
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16(
Artinya : “dan sungguh, kami telah menciptakaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah(12). Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)(13).
Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik (14). Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati (15). Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari kiamat(16)”. (Q.s Al-Mu’minun [23]: 12-16)
Didalam ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa bahwa tahapan – tahapan penciptaan manusia berawal dari :
1.Fase Nuthfah
Kami telah menjadikan manusia dari saripati tanah. Segolongan ahli tafisr menyatakan bahwa yang dimaksud dengan manusia disini adalah anak adam. Mereka berkata:“Nuthfah-nuthfah itu adalah darah yang berasal dari makanan, baik daging maupun tumbuhan. Tumbuhan itu berasal dari zat-zat yang terdapat dalam tanah dan air. Karena itu, manusia itu sebenarnya berasal dari saripati tanah, yang kemudian berproses melalui air mani (sperma).
Ada yang berkata bahwa yang dimaksud manusia disini adalah adam dan anak-anak keturunannya, bukan adam saja dan bukan anak keturunannya saja. Adam diciptakan oleh Allah dari tanah liat. Anak keturunan adam dijadikan dari air mani, air mani dari darah, dan darah berasal dari makanan, baik makanan dari bahan baku tumbuhan ataupun daging, dan keduanya berasal dari tanah (bumi). Jika demikian halnya, maka manusia mutlak dijadikan dari tanah sebagaimana yang telah dinashkan dalam surat di atas.
Kemudian nuthfah yang ditempatkan dalam shulbi (tulang sumsum) ayah, yang kemudian dimasukan ke dalam rahim si ibu. Setelah bertemu dengan sel telur ibu, maka terpeliharalah dalam rahim menjadi bayi sampai hari kelahirannya. Sebagaimna dijelaskan juga didalam surat Ath-Thariq (86) : 5-7 :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7)
Artinya:“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apadiciptakan(5). Manusia diciptakan dari air yang terpancar(6) yang keluar dari antara tulang shulbi dan tara’ib“.
Yang dimaksud dengan (air yang terpancar) adalah sperma yang dicurahkan ke rahim seorang perempuan yang berasal dari tulang punggung lelaki (Shulb). Sementara Tara’ib merupakan organ khusus perempuan, yaitu bagian tubuh tempat mengeuarkan cairan yang membawa sel telur ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan lelaki. Sperma yang memancar itu akan bertemu dengan sel telur sehingga mengakibatkan terjadinya kehamilan. Berpuluh-puluh abad setelah turunnya ayat ini, secara ilmiah ditemukan bahwa kehamilan hanya dapat terjadi dari pertemuan dua cairan, sperma lelaki yang keluar dari shulbi dan perempuan yang keluar dari tara’ib.
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى (37) ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى (38) فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (39)
Artinya : “Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)(37). Kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya (38). Lalu dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan (39). (al-Qiyamah [75] : 37 – 39)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur’an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
Pada ayat diatas, kita saksikan air mani yang dipancarkan ke rahim. Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup. Fakta bahwa manusia tidak diciptakan dengan menggunakan keseluruhan air mani, tapi hanya sebagian kecil darinya, dinyatakan dalam Al Qur’an dengan ungkapan, “setetes mani yang ditumpahkan”.
Sperma terbentuk di dalam testis (biji pelir) yang menurut penegasan disiplin embriologi terdiri dari sel-sel yang bertempar di bawah dua ginjal di pinggang, kemudian turun ke bawah perut pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Sperma laki-laki mengandung unsur–unsur pokok sebagai berikut :
•Spermatozoa, yang musti memancar kuat dan bergerak aktif jika ingin menghasilkan pembuahan.
•Bahan postagladin yang bisa menyebabkan pengerutan pada rahim, sehingga membantu perpindahan spermatozoa ke tempat pembuahan.
2. Fase ’Alaqoh (segumpal darah)
Ibnu Abbas menganggap bahwa ’Alaqoh adalah sejenis lintah hitam. Dinamakan ’alaqoh karena jika diletakkan di bagian tubuh manapun dari manusia, ia akan menghisap darah yang rusak. Ketika ilmu pengetahuan kian maju, mikroskop makin canggih, dan para ilmuwan berhasil mengetahui bentuk dan proses pembentukan spermatozoa, menjadi jelaslah bahwa spermatozoa sangat mirip dengan seekor lintah yang disebutkan Ibnu Abbas. Spermatozoa memiliki kepala dan ekor sama dengan lintah.
’alaqoh menurut ahli bahasa memiliki pengertian yang bermacam-macam diantaranya :
•Lintah yang hidup dalam kolam yang menghisap darah makhluk lain.
•Sesuatau yang bergantung dengan makhluk lain.
•Arah yang membeku / mengeras.
Namun keseluruhan makna ’alaqoh ini memang sesuai dan cocok dengan realitas janin manusia setelah tertanam di dinding rahim yang tampakseperti lintah (leech) selain itu juga menempel pada dinding rahim melalui tali pusar dan didalamnya terdapat pembuluh-pembuluh darah yang membentuk jaringan pulau-pulau tertutup sehingga memberi kesan bahwa darah tersebut beku.
Awalnya Hanya Bersel Satu Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi. Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri.
Bahkan sebelum manusia mulai mengetahui keberadaan dirinya sendiri, Allah telah memberi bentuk pada tubuh mereka, dan menciptakan manusia normal dari sebuah sel tunggal. Adalah kewajiban bagi setiap orang di dunia untuk merenungkan kenyataan ini. Dan kewajiban Anda adalah untuk memikirkan bagaimana anda lahir ke dunia ini, dan kemudian bersyukur kepada Allah. Jangan lupa bahwa Tuhan kita, yang telah menciptakan tubuh kita sekali, akan mencipta kita lagi setelah kematian kita, dan akan mempertanyakan segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Hal ini amatlah mudah bagi-Nya. Mereka yang melupakan penciptaan diri mereka sendiri dan mengingkari kehidupan akhirat, benar-benar telah tertipu. Allah berfirman tentang orang-orang ini dalam Alquran:
Perjalan sperma menuju rahim
Pertama-tama sel telur yang sudah matang dalam arti yang sudah siap dibuahi memulai perjalananya dari organ yang disebut tuba fallopi menuju rahim dengan bantuan rambut halus yang disebut syilia yang membantu sel telur menuju tempat yang benar.
Jika sel telur bertemu dengan sel sperma maka berlangsunglah proses fertilisasi didalam saluran telur sehingga terbentuklah zigot yang terdiri atas satu sel (banyak sel tapi hanya satu sel). Zigot yang terbentuk terus bergerak menuju ke rahim untuk untuk kemudian menempel pada dinding rahim itu disebut Implantasi.
Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata “‘alaq”, yang bermakna “sesuatu yang menempel pada suatu tempat” dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur’an and Sunnah)
3. Fase Mudghah (segumpah daging)
Menurut pengertian etimologis (bahasa), mudhghah berarti benda yang dikunyah dan dimamah oleh igi. Istilah mudhghah menunjukkan gambaran detail tentang realistis fase perkembangan janin in, dimana janin sudah berbentuk seperti benda kunyahan yang selalu berubah bentuknya. Munculnya kepingan-kepingan somites di dalam janin dan keragamannya mirip dengan bentuk karakter gigi ketika mengunyah. Aktifitas janin yang berputar-putar dan membolak-balik di dalam rahim juga mirip dengan pembolak-balikan potongan benda yang dikunyah di dalam mulut. Dan salah satu sifat dan karakter benda mamahan adalah ia bisa memanjang dan berubah bentuk ketika dikunyah. Dan inilah yang terjadi paa janin dalam fase ini.
Urutan kemunculan fase mudhghah stelaha fase ’alaqoh sama persis dengan apa yang dimaktub dalam al-Qur’an :
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
“dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang”(Q.s. Al-Mi’minun [23]: 14 ).
Adanya dua tahapan pembentukan dalam fase mudhghah ini, yaitu tahap pra-pembentukan dan tahap pembentukan (fashioning)juga persis seperi penjelasan Al-Qur’an :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى…
“Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)sesungguhya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (Q.s AlHajj [22] : 5).
4. Fase Idzam (tulang)
Istilah idzam (tulang) yang digunakan al-Qur’an untuk menyebut fase ini merupakan istilah yang mampu mengekspresikan tahapan perkembangan janin ini dengan gambaran akurat, mencakup perfoma eksternal yang merupakan perubahan yang terpenting dalam konstrulsi internal, beserta hal-hal yang terkait berupa pola hubungan baru antara bagian-bagian tubuh dan kesempurnaan postur janin. Fase ini memiliki perbedaan yang mencolok dengan fase sebelumnya. Sebagaimana telah di terangkan Oleh Allah swt :
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)
“dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik (14).”
Pembentukan tulang dalam fase ini adalah aspek penciptaan yang paling menonjol, sebab di sini terjadi perubahan signifikan dari bentuk Mudhghah yang tidak menampakkan cirri-ciri bentuk manusia menjadi kerangka sempurna dalam masa waktu yang relative singkat, yaitu pada detik-detik terakhir minggu ke-6. Oleh karena itu digunakan kata sambung (huruf athaf) “ف” yang memiliki arti peralihan secara cepat tanpa jeda waktu yang lama. Kerangka inilah yang memberikan postur manusia dalam janin setelah dibungkus dengan daging (otot – otot) dan menunjukkan bagian-bagian mata, bibir, dan hidung. Bentuk kepala dalam fase ini juga sudah berbeda dengan batang tubuh dan bagian-bagian ujung tubuh (tangan dan kaki).
Fakta ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah saw :
“Jika sperma telah melewati masa 42 malam( hari) , maka diutuslah malaikat kepadanya yang langsung membentuknya (dengan postur manusia), membuat telinga, mata, kulit, daging dan tulang-tulangnya. Kemudian malaikat akan bertanya (pada tuhannya) Ya Tuhan, laki-laki atau perempuan”(Shahih Muslim).
Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
Awalnya Hanya Bersel Satu Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi. Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri.
Dalam kondisi ini, tanpa adanya perencanaan khusus, sel-sel yang akan membentuk bayi yang belum lahir ini akan memiliki bentuk yang sama. Dan apabila ini terjadi, maka yang akhirnya muncul bukanlah wujud manusia, melainkan gumpalan daging tak berbentuk. Tapi ini tidaklah terjadi karena sel-sel tersebut membelah dan memperbanyak diri bukan tanpa pengawasan. Sel yang Sama Membentuk Organ yang Berbeda Sperma dan sel telur bertemu, dan kemudian bersatu membentuk sel tunggal yang disebut zigot. Satu sel tunggal ini merupakan cikal-bakal manusia.
Sel tunggal ini kemudian membelah dan memperbanyak diri. Beberapa minggu setelah penyatuan sperma dan telur ini, sel-sel yang terbentuk mulai tumbuh berbeda satu sama lain dengan mengikuti perintah rahasia yang diberikan kepada mereka. Sungguh sebuah keajaiban besar: sel-sel tanpa kecerdasan ini mulai membentuk organ dalam, rangka, dan otak. Sel-sel otak mulai terbentuk pada dua celah kecil di salah satu ujung embrio. Sel-sel otak akan berkembang biak dengan cepat di sini. Sebagai hasilnya, bayi akan memiliki sekitar sepuluh milyar sel otak. Ketika pembentukan sel-sel otak tengah berlangsung, seratus ribu sel baru ditambahkan pada kumpulan sel ini setiap menitnya.
Masing-masing sel baru yang terbentuk berperilaku seolah-olah tahu di mana ia harus menempatkan diri, dan dengan sel mana saja ia harus membuat sambungan. Setiap sel menemukan tempatnya masing-masing. Dari jumlah kemungkinan sambungan yang tak terbatas, ia mampu menyambungkan diri dengan sel yang tepat. Terdapat seratus trilyun sambungan dalam otak manusia. Agar sel-sel otak dapat membuat trilyunan sambungan ini dengan tepat, mereka harus menunjukkan kecerdasan yang jauh melebihi tingkat kecerdasan manusia.
Padahal sel tidak memiliki kecerdasan sama sekali. Bahkan tidak hanya sel otak, setiap sel yang membelah dan memperbanyak diri pada embrio pergi dari tempat pertama kali ia terbentuk, dan langsung menuju ke titik yang harus ia tempati. Setiap sel menemukan tempat yang telah ditetapkan untuknya, dan dengan sel manapun mereka harus membentuk sambungan, mereka akan mengerjakannya.
Tujuan Penciptaan Manusi Menurut Islam
•Mengabdi Kepada Allah SWT Sebagai Illah
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
•Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah sendiri bisa bermakna pemimpin atau penggganti. Misi ini adalah hakikat manusia menurut islam yang harus dilakukan. Untuk mengetahui apa sebetulnya makna khalifah maka perlu memahaminya lebih dalam lagi dengan pendekatan ayat Al-Quran.
•Mengejar Tujuan Akhirat
Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu, dunia bukan tujuan akhir dari kehidupan manusia dan juga bukan tujuan dari penciptaan manusia untuk tinggal di bumi. Kehidupan sejati adalah di Akhirat nanti.